SKIZOFERNIA

  • Pengertian
Skizofrenia sering digambarkan sebagai penyakit gila. Skizofernia bisa membuat penderitanya mengalami delusi,halusinasi berlebihan,dan perubahan perilaku beserta pikiran.Oleh karena itu, penderita skizofrenia sulit berinteraksi secara sosial dan beraktivitas sehari-hari.



Gejala awal "Skizofernia" biasanya berupa perilaku sosial yang tertutup dan perubahan pola tidur.Penyakit ini biasanya mulai berkembang pada usia remaja, maka gejala-gejala tersebut hanya dianggap sebagai perubahan tingkah laku remaja.
Para ahli belum menemukan penyebab skizofrenia. Faktor lingkungan dan genetika bisa saja mempengaruhi dalam hal ini.
Skizofrenia yang merupakan penyakit gangguan jiwa berat ini, diidap sekitar 24 juta penduduk dunia. Dan usia rentan kondisi ini berkisar antara 15 hingga 35 tahun.
Skizofrenia sebaiknya didiagnosis sedini mungkin. Makin cepat masalah kesehatan jiwa ini ditangani, peluang sembuhnya makin besar, dan penderitanya bisa kembali hidup secara normal.
  • Gejala
Gejala negatif skizofrenia biasanya sudah muncul beberapa tahun sebelum penderitanya mengalami episode akut pertama dari kondisi tersebut. Gejala negatif berkembang secara bertahap atau perlahan-lahan, hingga akhirnya menjadi semakin memburuk. Gejala negatif bisa berupa:
1.     Rasa enggan untuk bersosialisasi dan tidak nyaman berada dekat dengan orang lain sehingga lebih memilih untuk berdiam di rumah.
2.     Kehilangan konsentrasi.
3.      Pola tidur yang berubah.
4.      Kehilangan minat dan motivasi baik dalam menjalin hubungan dengan orang lain maupun dalam hidup secara keseluruhan.

Ketika penderita sedang mengalami gejala negatif, dia akan terlihat apatis dan datar secara emosi. Karena tidak sadar atau tidak tahu mengenai gejala negatif skizofrenia ini, kadang-kadang orang lain bisa menyalahartikan itu sebagai sikap malas atau tidak sopan. Mereka juga menjadi tidak peduli terhadap penampilan dan kebersihan diri mereka serta semakin menarik diri dari sosial. Karena itu gejala negatif skizofrenia bisa menjadi pemicu rusaknya hubungan penderita dengan keluarganya atau pun dengan teman-temannya.

Gejala positif skizofrenia terdiri dari:



1.     Halusinasi. Terjadi pada saat panca indera seseorang terangsang oleh sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Fenomena halusinasi terasa sangat nyata bagi si penderita.
2.      Delusi. Yaitu kepercayaan kuat yang tidak didasari logika atau kenyataan yang sebenarnya.
3.     Pikiran kacau dan perubahan perilaku. Penderita sulit berkonsentrasi dan pikirannya seperti melayang-layang tidak tentu arah sehingga kata-kata mereka menjadi membingungkan. Penderita juga bisa merasa kehilangan kendali atas pikirannya sendiri.
Perilaku penderita skizofrenia juga menjadi tidak terduga dan bahkan di luar norma. Misalnya, mereka menjadi sangat gelisah atau mulai berteriak dan memaki tanpa alasan.
Penting untuk mengenali gejala-gejala skizofrenia seperti di atas. Jika Anda atau keluarga Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan ke dokter. Makin dini skizofrenia ditangani, peluang sembuhnya akan makin besar.

                           


  • Penyebab 
Pada dasarnya, penyebab pasti skizofrenia belum diketahui. Namun sejumlah ahli meyakini bahwa perkembangan kondisi ini tidak lepas dari peran kombinasi antara faktor genetika dan lingkungan. Dugaan mengenai pengaruh lainnya adalah kelainan yang terjadi pada zat-zat kimia otak, seperti asam glutamat dan dopamin.
Para ahli yang melakukan penelitian yang didasarkan pada pencitraan otak juga mengatakan bahwa ada perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf penderita skizofrenia dengan orang yang sehat.
Genetika, zat-zat kimia otak, struktur otak, dan sistem saraf merupakan bagian dari faktor “dalam”, sedangkan yang termasuk faktor “luar” atau lingkungan bisa berupa stres dan penyalahgunaan narkoba.
Stres atau trauma diduga menjadi salahsatu pemicu utama skizofrenia. Banyak hal yang dapat membuat seseorang mengalami stres, diantaranya adalah kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, pelecehan seksual, dan sebagainya.
Narkoba memang tidak menyebabkan skizofrenia secara langsung, namun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa remaja pengguna ganja yang berusia di bawah 15 tahun, memiliki risiko empat kali lipat lebih besar untuk terkena skizofrenia jika dibandingkan dengan remaja yang tidak menggunakan ganja. Selain ganja, narkoba jenis lainnya yang dapat menjadi pemicu skizofrenia adalah kokain, heroin, dan sabu-sabu.





  • Pengobatan

Biasanya pengobatan skizofrenia berlangsung dalam jangka waktu yang lama, meski gejalanya sudah mereda. Hal tersebut dikarenakan gejala skizofrenia masih dapat kambuh pada sewaktu-waktu.
Skizofrenia ditangani dengan kombinasi obat-obatan dan terapi (pengobatan psikologis). Selama periode gejala akut, rawat inap di rumah sakit jiwa mungkin diperlukan untuk menjamin nutrisi, kebersihan, dan istirahat penderita, serta menjamin keamanan diri penderita dan orang-orang di sekitarnya.
Obat-obatan
Obat-obatan merupakan penanganan awal skizofrenia, dan obat yang diresepkan oleh dokter adalah antipsikotik. Antipsikotik memengaruhi kinerja dopamin dan serotonin pada otak. Obat ini mampu mencegah, menurunkan, bahkan menghilangkan halusinasi, delusi, agitasi, serta kecemasan yang dialami penderita skizofrenia.
Penderita yang menggunakan antipsikotik, perilakunya tidak seagresif penderita lainnya yang tidak menggunakan obat ini. Selain itu, menurut penelitian, mereka yang menggunakan antipsikotik juga jarang mengalami kumat setelah kondisinya membaik.
Anti psikotik bisa digunakan dalam dua cara, yaitu diminum atau disuntikkan. Bagi penderita skizofrenia yang telah melewati masa akut, pemberian antipsikotik harus tetap diberikan sebagai langkah pencegahan.
Ada dua kategori obat-obatan antipsikotik, yaitu antipsikotik generasi lama (fluphenazine, perphenazine, chlorpromazinedan haloperidol) dan generasi baru (clozapine, ziprasidone, quetiapine, olanzapine, risperidone, aripiprazole, dan paliperidone)
Efek samping yang hanya ada pada antipsikotik generasi lama adalah otot terasa berkedut, badan gemetar, dan kejang otot. Sedangkan efek samping yang ada pada kedua jenis antipsikotik adalah peningkatan berat badan, sembelit, mengantuk, pandangan kabur, mulut kering, dan berkurangnya gairah seks.
Saat ini antipsikotik generasi baru merupakan obat yang paling sering direkomendasikan oleh dokter karena dianggap memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Penanganan psikologis
Setelah gejala skizofrenia reda, disamping harus tetap melanjutkan konsumsi obat, penderita juga membutuhkan pengobatan psikologis. Ada beberapa hal yang termasuk di dalam penanganan psikologis ini.
Pertama adalah terapi individual. Pada terapi ini penderita diajarkan cara mengatasi stres dan mengendalikan skizofrenia melalui identifikasi tanda-tanda kambuh secara dini. Terapi ini juga berguna untuk memulihkan kepercayaan diri mereka. Terapi individual juga bermanfaat untuk kembali mengembangkan kemampuan mereka untuk bekerja dalam mengisi rutinitas kehidupannya.
Selain itu, dalam terapi individu, penderita skizofrenia juga akan diajarkan cara-cara untuk mengendalikan perasaan dan pola pikirnya. Tujuannya adalah untuk menggantikan pikiran negatif dengan hal-hal yang positif.
Yang kedua adalah terapi kemampuan bersosialisasi. Dalam hal ini penderita diajarkan bagaimana meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.
Dan yang ketiga adalah penyuluhan yang diperuntukkan bagi keluarga penderita. Guna penyuluhan ini adalah untuk memberikan pendidikan serta wawasan pada keluarga penderita skizofrenia, baik mengenai cara mengatasi masalah yang timbul akibat gejalanya, maupun cara memberikan dukungan bagi penderita skizofrenia.









Komentar

Postingan Populer